Pemain Startup Mulai Kurang Gairah, Metrik "Palsu" Twitter, dan Lainnya
Catatan Jurnalis Startup: 13 Februari 2023
Halo,
Terima kasih kepada teman-teman yang telah setia berlangganan newsletter Catatan Jurnalis Startup.
Sebagai seorang jurnalis, minggu lalu terasa cukup spesial buat gue karena adanya perayaan Hari Pers Nasional yang berlangsung pada tanggal 9 Februari kemarin. Gue cuma berharap dunia pers tanah air bisa bergerak maju, baik dari sisi kualitas berita, model bisnis, hingga pengaruh ke masyarakat, di era digital seperti sekarang.
Oke, kembali ke newsletter. Di edisi kali ini, gue akan membahas tentang para pelaku penting ekosistem startup, baik dari sisi founder maupun investor, yang mungkin sudah mulai kehilangan gairah untuk melanjutkan karier di bisnis ini. Selain itu, ada juga cerita menarik tentang Twitter yang disebut-sebut “mengakali” metrik penting pengguna, serta pertarungan Google dan Microsoft di dunia kecerdasan buatan.
Selamat menikmati, dan sampai jumpa minggu depan.
Salam,
Aditya
Masih seberapa tinggi gairah para founder dan investor veteran?
Mohon maaf kalau gue terlihat sedikit roaming karena mulai dengan pembahasan soal basket. But don’t worry, it’s still related with the story.
Pada tanggal 7 Februari kemarin (waktu Amerika Serikat), LeBron James mencetak sejarah dengan memecahkan rekor penyumbang poin terbanyak sepanjang sejarah NBA. Ia berhasil melampaui pencapaian pemegang rekor sebelumnya, Kareem Abdul-Jabbar, yang telah berada di posisi “raja” NBA tersebut selama lebih dari 39 tahun.
LeBron berhasil mencapai prestasi tersebut berkat konsistensi bermain di level tertinggi selama sekitar 20 tahun. Hal ini begitu impresif apabila kita melihat bagaimana ia tidak hanya perlu menjaga stamina dan kondisi fisik agar tidak mudah cedera, tetapi juga mental dan semuangat untuk terus mendekati rekor tersebut.
Kembali ke dunia startup Indonesia.
Bisa dibilang, sudah lebih dari sepuluh tahun ekosistem ini terbangun, yang dimulai dengan kehadiran Koprol, Tokopedia, hingga Bukalapak, serta investor seperti East Ventures, Kejora, dan Systec. Beberapa tokoh yang mengawali kemunculan ekosistem ini masih tetap berada di posisinya, tetapi sebagian yang lain sudah berganti posisi atau hengkang dari perusahaan tempatnya memulai karier.
Ini hanya opini gue pribadi dan hasil ngobrol santai dengan beberapa sosok di dunia startup, jadi kalau kalian punya pendapat berbeda (atau sama), silakan saja ikut berkomentar.
Menurut gue, banyak veteran di dunia startup tanah air yang sebenarnya sudah merasa “lelah” secara mental dan gairah.
Bagi mereka yang berada di posisi tertentu, seperti CEO sebuah startup yang masih punya potensi berkembang, atau Partner di perusahaan modal ventura (VC) yang pasti mendapat persenan dari dana investasi (Fund) yang mereka kelola, api semangat tersebut mungkin masih akan tetap terjaga.
Namun bagi CEO yang perusahaannya telah mendekati atau sudah sampai tahap exit, di mana hasil dari saham yang ia miliki tidak akan bertambah terlalu jauh, mereka mungkin sudah tidak mempunyai tujuan lain untuk dikejar.
Demikian juga dengan investor non-Partner di VC yang mungkin tidak akan mendapat banyak “cipratan” dana dari Fund yang ia bantu kelola, sedangkan jalan untuk menjadi Partner atau membuat Fund sendiri juga cukup terjal. Uang yang mereka bisa hasilkan memang masih cukup banyak, tapi ya tidak akan bertambah signifikan juga kalau situasi tidak berubah.
Mungkin itulah alasannya GoTo Group minggu ini mempromosikan para petinggi senior mereka ke jajaran Direktur, demi menjaga “api semangat” itu tetap membara. Namun bagi yang lainnya, bila tidak ada bahan bakar tambahan, bukan tidak mungkin api tersebut akan meredup.
Karena tidak semua orang bisa bersikap layaknya LeBron James, bukan?
Twitter Ngakalin Jumlah View?
Beberapa hari lalu, seorang kolumnis The Washington Post Taylor Lorenz membuat percobaan sederhana untuk memeriksa validitas metrik “View” yang akhir-akhir ini mulai ditampilkan oleh Twitter. Caranya, ia membuat akun baru yang tidak mempunyai seorang pun follower.
Secara logika, tweet yang diunggah akun tersebut tidak akan bisa dilihat oleh siapa pun, kecuali sang pemilik akun. Namun nyatanya, angka View yang ditampilkan justru menunjukkan angka yang cukup tinggi.
Hal ini pun memunculkan kecurigaan bahwa Twitter menggunakan cara penghitungan yang kurang tepat, atau bahkan dilebih-lebihkan, untuk metrik View tersebut.
Para netizen pun mempunyai teori berbeda tentang hal tersebut. Salah satunya adalah pengguna di bawah ini, yang berpikir bahwa angka View tersebut muncul dari sistem yang bekerja di belakang layar, bukan dari tampilan secara langsung di hadapan pengguna lain.
Secara umum, metode menaik-naikan metrik seperti ini bukan yang pertama kali terjadi. Bahkan dari obrolan dengan para pelaku startup, hal ini lumrah dilakukan, apalagi dalam proses pitching di depan investor.
Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara:
Cara pertama adalah dengan menaikkan angka yang ditampilkan di presentasi pitching, meski jauh berbeda dengan angka yang ada di sistem resmi perusahaan.
Cara kedua, di mana angka yang ditampilkan sama persis dengan yang ada di sistem perusahaan. Namun hal ini bisa terjadi karena perusahaan melakukan transaksi palsu, menambah pengguna palsu, atau membuat interaksi palsu, yang semuanya dibiayai oleh kas perusahaan.
Menurut gue, meski tidak dapat dibenarkan, silakan saja perusahaan melakukan hal-hal seperti itu. Namun harus diingat, bahwa cara-cara tersebut seperti utang, yang harus “dibayar” di pitching-pitching berikutnya. Dan karena sudah seperti rahasia umum, pihak lain seperti investor, media, maupun penggiat startup pun harus memaknai setiap angka yang dirilis with a pinch of salt.
Toh cara seperti itu, ditambah dengan fundamental bisnis yang tidak baik, tidak akan mengantarkan perusahaan (beserta para founder dan investornya) ke mana-mana.
Pertarungan Microsoft vs Google, Gara-Gara ChatGPT
Setelah peluncuran uji coba ChatGPT pada bulan November tahun lalu, OpenAI kini mengumumkan kerja sama dengan Microsoft untuk mempersenjatai mesin pencari Bing dengan kemampuan layanan kecerdasan buatan mereka.
Berita ini seperti merespon Google yang baru saja mengumumkan kemunculan pesaing ChatGPT yang bernama Bard. Perusahaan teknologi raksasa tersebut juga telah memberikan investasi $300 juta kepada Anthropic, perusahaan kecerdasan buatan yang dibangun oleh mantan petinggi OpenAI.
Dari persaingan tersebut, muncul pernyataan seperti ini dari CEO Microsoft, Satya Nadella:
Gue tidak mau berkomentar apa-apa dalam hal ini, selain: Satya Nadella is a badass!
Berita penting lainnya
MNC Group memimpin pendanaan US$20 juta untuk startup distributor konten Migo.
Asa Ren, startup yang ingin membuat database DNA bagi masyarakat Indonesia, meraih pendanaan US$8.15 juta.
Moladin, startup marketplace mobil bekas, memecat 360 karyawan alias 11 persen dari total pekerja mereka.
Situs pencarian restoran Zomato hengkang dari Indonesia, demi fokus melayani pelanggan di India dan Uni Emirat Arab.
Startup e-grocery Sayurbox menutup dua gudang mereka di Jabodetabek.
Anda baru saja membaca Catatan Jurnalis Startup, sebuah newsletter yang mengangkat topik-topik terhangat di dunia startup Indonesia, serta kisah di belakang layar yang seringkali tidak bisa masuk ke dalam liputan media.
Newsletter ini dibuat oleh gue, Aditya Hadi - seorang jurnalis di The Jakarta Post yang sebelumnya pernah menjadi penulis di Tech in Asia -, dan akan tayang setiap minggu pada hari Senin.
Untuk berlangganan, silakan kunjungi adityahadi.substack.com