Startup "Tidak Seksi" Raih Pendanaan, Pemecatan Jurnalis BuzzFeed, dan Lainnya
Catatan Jurnalis Startup: 28 Maret 2022
Halo,
Terima kasih kepada teman-teman semua yang telah berlangganan newsletter Catatan Jurnalis Startup.
Minggu ini, gue membahas kabar pendanaan dua startup di bidang perikanan, yang sebelumnya mungkin kalah populer dibanding sektor lain seperti ecommerce dan fintech. Selain itu, ada juga analisis tentang Bukalapak yang semakin aktif dalam melakukan investasi dan akuisisi.
Di kesempatan kali ini, gue juga mengomentari kabar pemecatan terhadap beberapa jurnalis oleh media online terkenal BuzzFeed. Selamat menikmati, dan sampai jumpa minggu depan.
Salam,
Aditya
Saat bisnis tidak seksi menjadi begitu menggiurkan
Minggu lalu, ada dua startup perikanan tanah air yang meraih pendanaan, yaitu Delos dan FishLog.
Delos, yang fokus menghadirkan solusi untuk tambak udang, berhasil meraih US$8 juta dari Alpha JWC Ventures dan Centauri Fund milik MDI Ventures. Sedangkan FishLog memikat Insignia Ventures Partners dengan bisnis di jalur distribusi produk perikanan.
Ada sebuah fakta unik, yaitu masuknya CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata di jajaran investor FishLog, sedangkan CMO dari perusahaan yang sama - James Prananto - justru memberi pendanaan pada Delos.
Menurut gue, kedua berita pendanaan tersebut adalah kabar baik untuk dunia perikanan tanah air, dan sektor-sektor lain yang sebelumnya dianggap “kurang seksi”. Utamanya bila kita membandingkan dengan startup ecommerce atau fintech yang telah “banjir” pendanaan.
Seorang investor pernah mengatakan pada gue bahwa jalur distribusi barang di Indonesia memang begitu terpisah satu sama lain (fragmented), hingga masing-masing punya pemain besar tersendiri. Ia pun memprediksi bahwa nantinya akan ada startup yang mengambil posisi di masing-masing jalur distribusi tersebut.
Dan faktanya, bisnis perikanan - yang juga digeluti startup lain seperti eFishery dan Aruna - menyimpan margin keuntungan yang besar, bagi siapa yang bisa menjalankannya dengan baik.
Hal ini membuat gue teringat akan pengalaman pribadi bekerja di pabrik penghasil kaustik soda terbesar di Indonesia. Di sana, mereka harus mengimpor bahan baku utama berupa garam industri dari negara lain, karena kurangnya kualitas produksi garam dalam negeri. Apakah bidang ini bisa menjadi seksi di kemudian hari? Kita tunggu saja.
Di berita lain, Sayurbox - yang mengincar jalur distribusi sayur, buah, dan bahan segar lainnya - baru saja meraih pendanaan US$120 juta yang dipimpin oleh Northstar dan Alpha JWC Ventures.
Strategi “anorganik” Bukalapak setelah IPO
Kolega gue Ardi Wirdana minggu lalu membuat analisis tentang Bukalapak yang justru kian getol melirik bisnis gim, terutama setelah IPO. Setelah mengakuisisi marketplace voucer gim digital Itemku pada bulan Mei tahun lalu, mereka pun berinvestasi pada startup gim berbasis blockchain Yield Guild Games (YGG) Southeast Asia.
Baru-baru ini, Bukalapak pun membuka lowongan spesifik untuk “CEO of Gaming”.
Menurut gue, masuknya mereka ke bisnis gim adalah bagian dari strategi besar Bukalapak untuk memperbaiki kondisi keuangan yang sepertinya belum dianggap positif oleh para investor di bursa saham. Harga saham mereka terus mengalami penurunan sejak IPO pada bulan Agustus tahun lalu.
Bisnis utama mereka - Mitra Bukalapak dan marketplace Bukalapak - memang masih diharapkan untuk tumbuh. Namun, mungkin bukan sebuah langkah yang bijak untuk menjadikan kedua bisnis tersebut sebagai satu-satunya tumpuan, mengingat sengitnya kompetisi dengan startup lain di bidang yang sama.
Dengan begitu, pilihan “tidak organik” lewat jalan memberi investasi atau mengakuisisi perusahaan di bidang lain - terutama yang sudah atau hampir mendapat keuntungan - jelas bisa menjadi langkah yang baik untuk saat ini. Itulah mengapa Bukalapak pun mulai merambah bisnis bank digital dengan AlloBank, dan e-grocery dengan AlloFresh.
Toh, mereka punya cadangan uang yang cukup banyak setelah IPO - lebih dari US$1.6 miliar pada akhir Q3 tahun lalu. Tidak mungkin kan kalau uang sebanyak itu dibiarkan saja mengendap di bank.
Di berita lain, Bukalapak juga menjadi sorotan karena laporan keuangan mereka di kuartal ketiga tahun lalu. Dalam laporan tersebut, perusahaan menjelaskan akuisisi yang mereka lakukan terhadap sebuah startup pendidikan bernama Bolu dengan nilai yang tidak wajar, sekitar US$1 miliar.
Namun setelah dikonfirmasi, Bukalapak mengatakan bahwa itu hanya typo. Nilai akuisisi tersebut sebenarnya hanya US$1 juta.
Membuat media memang mudah, tapi …
BuzzFeed baru saja mengumumkan pemecatan terhadap beberapa jurnalis yang bekerja di divisi News - organisasi yang meraih penghargaan Pulitzer tahun lalu. Mereka akan lebih memprioritaskan divisi lain yang fokus pada berita trending, dunia hiburan, dan selebritas.
(Ya, yang biasanya membuat judul seperti “21 hal yang membuat para pecinta makanan menangis tersedu-sedu. Nomor 5 akan membuatmu terkejut”)
Menurut liputan CNBC, langkah ini diambil sang CEO Jonah Peretti demi mendorong profitabilitas perusahaan. Padahal, BuzzFeed sebenarnya sudah meraih keuntungan. Namun, divisi News mereka memang masih terus merugi sekitar US$10 juta per tahun, sehingga harus mendapat subsidi dari divisi lain.
Beberapa sumber mengatakan bahwa ini adalah wujud “kompromi” Peretti dengan beberapa pemegang saham:
Ada juga yang berpendapat bahwa ini adalah sisi negatif dari perusahaan yang memutuskan untuk masuk bursa saham:
Menurut gue, diskusi soal membuat konten berkualitas sekaligus meraih keuntungan adalah sebuah dinamika yang harus dihadapi oleh semua media.
Sebelum bergabung dengan Tech in Asia, gue sempat membuat sebuah media online yang membahas startup. Karena itu, gue tahu bahwa membuat media itu mudah. Bahkan bisa dibilang, tidak ada hambatan berarti untuk menulis konten berkualitas, asalkan ada kemauan keras dari sang penulis.
Namun, menjadikan media tersebut sebagai bisnis yang berkelanjutan, itu hal yang luar biasa sulit. Apalagi karyawan media tentu membutuhkan lebih banyak pendapatan seiring bertambahnya tanggung jawab mereka sebagai suami atau ayah. Di sisi lain, menjual “konten berkualitas” belum menjadi bisnis yang menjanjikan di tanah air.
Karena itu, harus ada keseimbangan antara keduanya. Dan untungnya, tempat gue bekerja saat ini masih bisa menjalankan hal itu dengan baik.
Berita penting lainnya
GoTo Group menunda tanggal IPO ke 7 April 2022, dan mengatakan bahwa langkah tersebut untuk mengakomodir para mitra yang ingin ikut membeli saham mereka. Seorang analis memperkirakan GoTo akan profit pada 2024.
Perusahaan analisis gen Nalagenetics raih pendanaan US$12.6 juta.
Startup edutech Cakap mendapat pendanaan dari fund terbaru Mandiri Capital. Joshua Agusta ditunjuk sebagai partner untuk dana investasi tersebut.
Finch Asia, IndoGen Capital, dan Tokocrypto luncurkan dana investasi Cydonia.
Buku bacaan minggu ini
The Psychology of Money - Morgan Housel
Morgan Housel adalah partner dari perusahaan modal ventura Collaborative Fund. Sebelumnya, ia juga merupakan kolumnis di The Wall Street Journal dan media yang fokus membahas investasi The Motley Fool.
Di buku The Psychology of Money ini, Housel berbagi pandangan tentang bagaimana seharusnya seorang individu memaknai uang, terutama dalam kaitannya dengan dunia investasi.
Salah satu hal penting yang dia bahas adalah dunia ini penuh dengan kejutan, dan prediksi kita akan naik turunnya harga dari sebuah aset bisa jauh dari kenyataan. Karena itu, kita harus mengatur pola pikir secara baik, dan fokus pada strategi investasi pribadi - apakah jangka pendek atau jangka panjang - sebelum memilih instrumen yang tepat.
Menurut gue, pembaca buku ini mungkin akan mengkritik Housel sebagai sosok yang terlalu konservatif alias “cari aman” dalam berinvestasi, yang membuatnya bisa kehilangan kesempatan mendapat keuntungan besar. Namun, pendapat Housel juga bukannya tidak beralasan, karena dunia memang penuh dengan hal acak.
Lagipula, investasi adalah hal yang sangat pribadi karena berkaitan erat dengan pilihan-pilihan seseorang dalam hidup, seperti menikah, mempunyai anak, dan gaya hidup seperti apa yang ingin mereka jalani.
Housel berpendapat bahwa ada manusia yang cenderung mencari apa yang mereka tidak miliki dan tidak butuh, meski itu berisiko membuat dia kehilangan apa yang sudah dia miliki dan dia butuhkan - dan ini juga kata-kata dari Warren Buffett. Contohnya adalah seorang pengelola dana investasi yang sudah mempunyai aset US$100 juta, tetapi justru melakukan insider trading dan ditahan pihak berwenang hanya demi mengejar mimpi mempunyai aset US$1 miliar.
Quote paling berkesan buat gue di buku ini:
“No matter how we save or invest, I’m sure we’ll always have the goal of independence. And we’ll always do whatever maximizes for sleeping well at night.
But to each their own. No one is crazy.”
Rating: 4/5
PS: Di awal bulan ini, sang penulis Morgan Housel juga sempat hadir di podcast Tim Ferriss. Simak obrolan mereka lewat tautan di bawah:
Anda baru saja membaca Catatan Jurnalis Startup, sebuah newsletter yang mengangkat topik-topik terhangat di dunia startup Indonesia, serta kisah di belakang layar yang seringkali tidak bisa masuk ke dalam liputan media.
Newsletter ini dibuat oleh gue, Aditya Hadi - seorang penulis di Tech in Asia -, dan akan tayang setiap minggu pada hari Senin.
Untuk berlangganan, silakan kunjungi adityahadi.substack.com